SAR Terus Berlanjut, Pemerintah Pastikan tak Ada Korban Tertinggal di Bencana Sumatra

  • Minggu, 21 Des 2025
  • Administrator
  • 66 Membaca
image

Banda Aceh, 20 Desember 2025 – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama tim gabungan Basarnas, TNI-Polri, dan relawan masih terus melakukan operasi pencarian dan pertolongan (SAR) secara terbatas namun optimal pascabencana banjir dan tanah longsor di wilayah Sumatra Utara (Sumut), Sumatra Barat (Sumbar) dan Aceh. Upaya itu sebagai komitmen Pemerintah agar tidak ada korban tertinggal akibat bencana tersebut. 

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers di Pusat Informasi dan Media Center yang disediakan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) RI di Banda Aceh, Sabtu (20/12/2025) mengungkapkan operasi SAR di Provinsi Aceh dilaksanakan di enam kabupaten, sementara di Sumut dilakukan di empat sektor dan di Sumbar lima sektor. 

“Untuk Aceh, operasi SAR masih dioptimalkan di enam kabupaten guna memastikan tidak ada lagi korban yang tertinggal di kawasan permukiman maupun wilayah terdampak,” ungkapnya.

Selain pencarian, proses identifikasi korban juga terus diintensifkan. Menurut Abdul Muhari, identifikasi by name by address menjadi penting untuk memastikan pemenuhan hak-hak ahli waris, termasuk yang berkaitan dengan hunian sementara dan hunian tetap.

BNPB juga kembali memutakhirkan data situasi dan penanganan pascabencana banjir dan longsor tersebut. Hingga Jumat, 20 Desember, jumlah korban meninggal dunia tercatat mencapai 1.090 jiwa.

Jumlah tersebut bertambah 19 korban dibandingkan data sehari sebelumnya yang mencatat 1.071 korban meninggal dunia.

“Kami menyampaikan simpati dan belasungkawa yang mendalam atas seluruh korban. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,” ujar Abdul Muhari.

Sementara itu, data korban hilang berdasarkan rekapitulasi tiga posko tercatat bertambah satu orang. Data tersebut masih bersifat dinamis karena terus diperbarui dari tingkat kelurahan hingga RT, RW, dusun, kampung, dan gampong.

Jumlah pengungsi per hari ini tercatat sebanyak 510.528 jiwa, atau berkurang sekitar 16 ribu orang. Penurunan ini terjadi karena sebagian warga mulai kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan area terdampak. Meski demikian, kebutuhan permakanan pengungsi masih dipenuhi melalui dapur umum.

Dalam hal distribusi logistik, BNPB melaporkan penyaluran bantuan terus berlangsung di ketiga provinsi terdampak. Di Provinsi Aceh, hingga pukul 15.00 WIB, logistik yang tersalurkan mencapai 25,8 ton, terdiri dari 16 sorti udara seberat 22,6 ton dan satu sorti darat seberat 3,3 ton.

Di Provinsi Sumut, bantuan logistik yang disalurkan hari ini mencapai 7,17 ton, terdiri dari empat sorti darat seberat 5,3 ton dan empat sorti udara seberat 1,8 ton.

Sementara itu, di Provinsi Sumbar, hingga pukul 09.00 WIB, logistik yang tersalurkan mencapai 14,7 ton, terdiri dari dua sorti udara seberat 1,6 ton dan sembilan perjalanan darat seberat 13,13 ton.

 

Pemerintah Terus Optimalkan Penanganan Darurat

BNPB menegaskan akan terus memutakhirkan data serta mengoptimalkan penanganan darurat, termasuk pemulihan sektor vital seperti air bersih, khususnya di wilayah Aceh.

BNPB juga terus mempercepat pemulihan infrastruktur pascabencana di Provinsi Aceh. 

Abdul Muhari, menyampaikan bahwa progres perbaikan jalan dan jembatan di sejumlah titik strategis menunjukkan perkembangan signifikan, bahkan beberapa di antaranya telah kembali berfungsi.

Salah satu jembatan yang telah rampung sepenuhnya adalah Jembatan Teupin Reudeup (Awe Geutah) yang berada di jalur alternatif Bireuen–Lhokseumawe. Jembatan ini memiliki panjang bentang putus 36 meter dan kini telah terpasang jembatan Bailey tipe 2-1 sepanjang 39 meter dengan kapasitas beban hingga 20 ton. 

Pekerjaan tersebut dikerjakan oleh 25 personel dari Yonzipur 16/DA dengan dukungan material dari Kementerian PUPR dan Kodam Iskandar Muda. Jembatan ini ditargetkan fungsional penuh pada 18 Desember 2025 dan saat ini telah mencapai progres 100 persen.

Selanjutnya, Jembatan Teupin Mane pada ruas Bireuen–Bener Meriah juga telah selesai dikerjakan. Jembatan sepanjang 25 meter tersebut menggunakan jembatan Bailey tipe 2-1 dengan panjang 30 meter dan kapasitas tonase hingga 40 ton. Dikerjakan oleh 30 personel Yonzipur 16/DA, jembatan ini sudah dapat dilalui kendaraan, meski masih diberlakukan sistem buka tutup untuk menjaga keselamatan pengguna jalan.

Sementara itu, pengerjaan Jembatan Kutablang di jalur utama Bireuen–Lhokseumawe terus dikebut. Dari total panjang putus 50 meter, pemasangan jembatan Bailey tipe 2-1 dengan 21 petak sepanjang 63 meter kini telah mencapai progres 61,5 persen, meningkat dari sebelumnya 60,5 persen. Pekerjaan ini melibatkan 41 personel dengan kapasitas tonase jembatan mencapai 60 ton dan ditargetkan rampung pada 18 Desember 2025.

Adapun Jembatan Jeumpa/Cot Bada yang berada di ruas jalan Kota Bireuen juga menunjukkan perkembangan positif. Dengan panjang bentang putus 18 meter, progres pemasangan jembatan Bailey kini telah mencapai 86 persen, naik dari sebelumnya 81 persen. Pekerjaan dilakukan oleh 24 personel dengan target penyelesaian pada Desember 2025.

Selain itu, BNPB juga mencatat progres awal pada sejumlah jembatan lainnya, yakni Jembatan Beutong Ateuh (6 persen), Jembatan Weh Pase (2,5 persen), Jembatan Bener Kelipah (1 persen), Jembatan Bener Pepayi (1 persen), Jembatan Mambong (1 persen), dan Jembatan Jambo Mesjid (1 persen).

Di sisi lain, upaya pemulihan sosial juga terus dilakukan. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah bersama BNPB dan TNI Angkatan Udara memfasilitasi pemulangan pengungsi asal Pulau Jawa yang terdampak bencana. Total pengungsi yang dipulangkan berjumlah 157 jiwa, terdiri dari 118 orang asal Jawa Tengah, 23 orang asal Jawa Barat, satu orang asal Banten, 11 orang asal Sumatera Utara, dan empat orang asal Aceh.

Sebelumnya, sebanyak 57 orang telah lebih dahulu dipulangkan. Pada tahap terakhir, sebanyak 100 orang diberangkatkan dari Bandara Rembele menuju Jakarta melalui Lanud Soewondo. Para pengungsi tersebut selanjutnya menuju daerah asal masing-masing, seperti Kabupaten Cilacap, Brebes, Grobogan, dan Kebumen. Dari jumlah tersebut, lima orang merupakan anak-anak, dan setibanya di Bandara Halim Perdanakusuma akan dijemput oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Abdul Muhari menjelaskan, para pengungsi asal Jawa Tengah tersebut sebelumnya bekerja sebagai penderes getah pinus di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah. “Pemulangan ini merupakan bagian dari upaya memastikan keselamatan dan pemulihan kondisi sosial masyarakat terdampak bencana,” jelasnya.

BNPB memastikan koordinasi lintas sektor bersama pemerintah daerah, TNI, dan kementerian terkait akan terus diperkuat guna mempercepat pemulihan infrastruktur dan kehidupan masyarakat di wilayah terdampak.

Bagikan

Apakah Anda Memiliki Pertanyaan?

Kami akan membantu Anda dalam 24/7.
Hubungi Kami